Berbagi Cerita PLASTIK (4) : Saya dan Plastik

12:58 AM Posted by Plastiker

Sumber dari sini

Dekade 90an memberikan banyak kenikmatan-kenikmatan duniawi dan menggores cukup banyak luka-luka permanen mengasyikkan yang sudah lama kering di memori saya. Diantaranya adalah salah satu band rock terbaik versi saya, PLASTIK

Setelah terkontaminasi dengan banyaknya serbuan racun dari band-band asing keluaran 90an dan beberapa band dari yg lahir dari dekade sebelumnya, saya memang tidak punya koleksi band rock favorit mainstream yang lokal punya pada saat itu. Tidak banyak memang, Netral adalah salah satunya, dulu saya tidak tertarik sama Slank, Boomerang, Power Slaves dsb, karena persepsi saya saat itu mengafiliasikan band2 tersebut dengan generasi rock-spandex ala 80an akhir 90an awal dimana saat itu dan saat sekarang pun terkadang saya agak2 risih untuk mengapresiasi… Jadi maaf2 saja pada saat itu apresiasi saya belum optimal untuk beberapa band yang saya sebutkan barusan saja.

Takdir menjerumuskan saya yang tidak sengaja menyetel radio mobil Forsa Heartbeat Bapak saya, yang sering saya pakai itu besi tua untuk antar2 saya punya keperluan waktu saya masih di sekolah menengah, dari spiker butut forsa itulah pertama kali saya mendengar riff dan lead gitar titisan tanduk setan melengking dari neraka level 5, kompilasi ratapan ritem gitar , anjir lahhhhh yg mainnya iblisss !!!!! tidak lama kemudian vokal parau terdengar diiringi riff gitar tanpa distorsi yang ternyata lebih jahat daripada riff sebelumnya, aih tolonglah….liriknya,… njir, lirik apaan neeeeehhhh??? Saya terpana…lead gitarnya dong lah, SHIT !!!!!! Layaknya leher di cekik senar bass dan kepala diinjak2 popor gitar fender stratocaster di saat yang bersamaan sampai akhirnya operator radio keparat itu menghentikan lagunya ditengah2 bagian akhir yang harusnya jadi bagian paling klimaks dengan diiringi bacotan2nya, pada saat itu rasanya seperti ingin memasukkan 3 kg kerikil ke dalam mulutnya……secara paksa.

Itulah kali pertama saya mendengar lagu Error dari Plastik, tidak lama kemudian sayapun membeli kasetnya di mal kelapa gading yang waktu itu bentuknya masih kecil dan mungil, belinya di Lucky Audio yang entah kenapa hebat juga masih bertahan dan eksis di mal kelapa gading yang sekarang mah udah jadi toko raksasa dan saya makin sering tersesat didalamnya kalau tidak bertanya arah kepada petugas keamanan setempat….

Album pertama Plastik sukses saya beli semua berkat ibu saya yang bersedia membayari itu kaset yang saya rengek sama dia untuk supaya dibelikan. Saya bawa pulang kerumah lalu saya dengarkan, saya masukkan ke tape lalu saya pencet tombol play, tembang pertama bertajuk “Error” kepala saya sekali lagi ditampar bolak balik, kemudian lagu kedua, …. apaan neh, kok biasa gini ? anjir lah, saya sempat takut Plastik adalah tipikal band yg cuma punya satu lagu bagus, eh ternyata lagu berikutnya muka saya ditampar lagi…. kemudian ditampar2 lagi berulang2 seiring lagu2 berikutnya saya dengarkan…. entah kenapa memang sedikit kaget juga ketika melongok video dari lagu “Seperti” ada di tv dan bukannya lagu2 yang lain, sampai detik ini saya punya pendapat (kalo boleh) harusnya Error yang digunakan sebagai single pertama dan dibuatkan video nya….Tapi ya sudahlah…. walaupun tetap menurut saya “Seperti” adalah lagu yang paling biasa di album pertama Plastik…dulu pikir saya personil Plastik ini sombong2, single nya dipilihin lagu yang paling jelek,…. eh ternyata pada saat itu memang saya terlalu memaksakan pandangan saya terhadap persepsi saya yg akhirnya punya pemikiran demikian, walaupun tingkah laku begitu saat ini memang sedang trendy…

Video single pertama mereka yang menurut saya jelek mampus itu tidak mampu membuat saya membenci band ini, “Seperti” buat saya memang produk paling gagal di album pertama mereka, begitu juga dengan video nya, untung saja saya tidak banyak ingat videonya seperti apa, saya cuma ingat videonya melibatkan sebuah mobil tua, scene ratapan penyanyi sedang terduduk menyender di tembok, si gitaris yang bermain gitar, adegan setir menyetir mobil, gelap, samar2 berserakan dimana-mana, tapi itu semua tidak mencegah saya yang langsung menobatkan mereka sebagai band rock lokal terbaik dekade 90an versi diri saya sendiri persis disaat saya selesai mendengarkan seluruh lagu di dalam album pertama mereka, sempat terpikir mungkin sampe penghujung taun 1999 akan ada band rock lokal lain yang muncul dan lebih baik dari Plastik, saya masih ingat waktu saat penghujung taun 1999 di rumahnya Nadia di bilangan Kelapa Gading, tidak ada band rock lokal maintream lain yang muncul melebihi Plastik, silakan buat kalian yang tidak setuju sama saya untuk bikin penobatan sendiri2 lah, gak usah banyak protes…..


Dalam persepsi saya, Plastik banyak menampilkan lirik bernuansa gelap, terutama di lagu2 dalam album pertama dan kedua, setidaknya yah seperti itulah persepsi bebas saya. Beberapa band rock lokal mainstream lainnya pada saat itu kebanyakan berlirik terlalu sederhana dan kebanyakan juga bermain di ranah percintaan yang menjemukan, saya tidak berhasil menemukan band rock lokal sejenis Plastik pada saat itu, mangkanya yah band ini dapat tempat yg spesial…. Plastik buat saya juga terdengar lebih “cool” dibandingkan dengan band rock yang benderanya suka dibawa orang pas nonton konser Radja, lirik2 mereka banyak yang sarkastik, tidak terlalu “direct”, semua dikemas baik.

Bapak Array dan Bapak Didit adalah duo gitaris dari Plastik, buat saya mereka ini Christopher Thorn dan Rogers Stevens nya Indonesia (dua nama terakhir adalah salah dua pahlawan gitar saya perwakilan dekade 90an, silakan cari tahu sendiri siapa mereka), semua riff-riff maut Plastik saya asumsikan datang dari Bapak Array dan Bapak Didit, betapa saya sewaktu masih bercelana pendek warna biru dibius oleh kombinasi petaka dari duo gitaris ini, tidak ada yang berlebihan, seperti persepsi saya terhadap Jimi Hendrix, TIDAK ADA NOTE YANG TIDAK PERLU walaupun saya pun tidak berani menasbihkan duo gitaris ini sebagai keturunan titisan langsung dari beliau yang banyak orang anggap sebagai Dewa, tapi duo gitaris ini telah sukses menampilkan sajian kombinasi permainan gitar yang mentah, cool, cocky sekaligus dramatis tanpa banyak membunyikan not tidak perlu dan pamer teknik tingkat tinggi disana sini seperti kebanyakan band keluaran akhir 80an, anda pasti tahu lah…..
Beralih ke departemen dawai 4 ada Bapak Alexdu yang bertanggung jawab disana, pattern bass dari beliau juga bukan sekedar pelapis si gitar doang, memperkuat justifikasi saya yang membaiat Plastik sebagai salah satu band rock lokal mainstream yang punya groove dan berdinamika tinggi, ya ya ya ya anda tidak perlu kemudian bilang sama saya “oh band jazz semuanya dinamika tinggi”, karena itu hanya akan membuat anda terlihat dungu, karena jazz tanpa dinamika tinggi sama aja dengan jazz KW 10, tapi itu sekali lagi sih kata saya, bukan kata kamu, jadi suka2 saya lah hay…

Bapak Iman sebagai orang yang menabuh drum sayang sungguh sayang oh dapat sial karena sound drumnya menurut saya pecah2an terutama dibagian pemukulan divisi simbal dan sejenisnya, kick drum nya juga terdengar seperti bunyi seorang perempuan menggebuk kasur di halaman depan rumah, tidak ada yang salah menurut saya sama patternnya, tapi ya, soundnya itu lah yang sedikit mengecewakan menurut saya

Ipang, yang banyak orang sebut sebagai Eddie Vedder nya Indonesia punya, namun saya sih punya pendapat lain, Ipang ya Ipang, terlepas penasbihan Eddie Vedder pada dirinya, Ipang sukses mengirimkan sinyal2 emosi di semua lagu2 Plastik, namun tetap mempertahankan elemen kejantanan ala musik rock, jadi Ipang bisa memberikan garis yang sangat tebal, memisahkan rock nya Plastik dengan rock spandex yang punten sekali kalo kata saya mah “You Give Rock A Bad Name”, sebuah tuduhan picik kepada para pemuja dan penganut2nya,….dengan demikian saya pun minta maaf.

Singkatnya, Plastik menemani banyak waktu dalam hidup saya yang tidak seberapa ini, menemani saya melewati masa2 sulit pada masa lampau dan saya masih punya firasat di masa depan pun, lagu2 dari Plastik akan masih relevan untuk selalu didengarkan oleh saya.

Semasa SMU, waktu itu di sekolahan saya punya guru kesenian musik yang cukup terampil membuat saya agak bersemangat mengikuti pelajarannya karena beliau memberikan tugas kepada kami, anak muridnya yang sayangnya banyak yg kurang ajar pada saat itu (termasuk saya) untuk mengulas dan mengupas artis musisi tentang sejarah dan musikalitas mereka, dan kemudian mempresentasikannya di hadapan khalayak kelas, kami di bagi menjadi beberapa kelompok, saya yang saat itu dan sampai saat ini masih sangat keranjingan The Smashing Pumpkins langsung saja memaksakan kehendak saya untuk menjadikannya sebagai bahan tugas kelompok saya, kebetulan karena anggota kelompok saya yang lain, lebih memilih untuk bermain bola sepak dibandingkan membuat makalah tentang The Smashing Pumpkins, mereka sama sekali tidak keberatan jika saya mengambil alih semua pekerjaan dalam kaitannya untuk menyelesaikan tugas dari guru kesenian tersebut.

Nah, ada satu kelompok lain yang beranggotakan beberapa teman saya waktu itu memutuskan untuk menjadikan Plastik sebagai band yang menjadi subjek penelitian atau subjek makalah, waktu itu single “Statis” sedang gencar2nya diputar di tivi dan radio di Jakarta, kebetulan juga para anggota kelompok mereka ini menurut hemat saya pun adalah pendengar Plastik yg baik dan sesekali gemar menyenandungkan lagu2 dari Plastik, mereka menyiapkan sebuah kamera hendikem dan membuat janji untuk bertemu dengan personil Plastik secara langsung untuk mengadakan semacam wawancara dan mendokumentasikan wawancara tersebut kedalam sebuah hendikem yang pada saat itu milik salah seorang anggota kelompok mereka, hanya bermodalkan keterangan di sampul kaset Plastik, mereka mengadakan kontak pertama dan pihak Plastik mengiyakan dengan kemudian mengadakan janji untuk bertemu, semudah itu…..

Pada hari H-nya, tanggal dimana mereka harus bertemu dengan para personil Plastik, saya sempat ditawari ikut, waktu itu hari kamis, saya ingat sekali, waktu itu masih ada di kelas satu SMU, kelas saya letaknya di pojokan lantai 2, samping wese, selalu disamping wese…. saya ditawari ikut tapi saya terpaksa tolak itu tawaran yg baik hati dari para anggota kelompok mereka itu yang bersedia mengajak saya ikut karena mereka tau saya suka sekali musik dari Plastik, tapi karena saya belum bilang sama orang tua saya yang sudah pasti mereka akan melarang karena diberitahu mendadak, walaupun itu semua asumsi saja di kepala saya karena saya terlalu pesimis duluan padahal belum tanya, makanya saya terpaksa tolak itu ajakan mereka untuk supaya saya bisa ngikut mewawancarai personil Plastik.

Saya cuma melepas kaos dalam saya dan saya berikan kepada salah seorang anggota kelompok mereka itu seraya berkata : “Ndo, gua gak bisa ikut, tapi gua titip ini deh, kaos gua, tolong minta tanda tangan semua personil nya Plastik yah, trus tolong mereka untuk nulisin kalo tandatangannya itu buat gua, suruh tulisin nama gua ya di kaosnya, To Oggy gitu lah, yah pokoknya bgitulah”

Jadilah hari kamis itu saya pulang sekolah, dimana badan saya langsung menempel pada seragam batik merah marun, yg dimana pilihan merah marun itu akibat dari Boss Sekolah saya yang katanya suka warna merah marun itu makanya dia pilihin warna merah marun itu untuk murid2nya semua, katanya merah marun itu warnanya Harvard, saya mengasumsikan Harvard yg dimaksud Boss di sekolah itu adalah Harvard kampus di Amerika Serikat sana dan bukan toko foto kopi di bilangan Pondok Pinang… ya itu tadi, dada saya langsung menempel sama batik merah marun itu karena baju atau kaos dalam saya sudah saya titipkan sama Rando untuk dibubuhkan tanda tangan sama si personil Plastik itu..

Keesokan harinya, hari Jumat, tentu saja, hari terakhir sekolah dalam minggu itu….. Ya, taun 1998 sekolah saya memang telah lama mencanangkan bahwa hari Sabtu adalah sama seperti hari Minggu, yaitu silakan libur kepada murid2nya, karena yah…. kenapa alasannya saya pun tidak pernah dapat penjelasan resmi, tapi karena alasan inilah sebagai utamanya kenapa saya merengek sama Bapak saya untuk disekolahkan di sekolah ini yang warna batiknya merah marun, pagi2 masuk kelas, kaos saya langsung dikembalikan oleh….. saya lupa waktu itu dikembalikan oleh Rando atau Bayu, tapi itu tidak penting sepertinya, kecuali kalo Rando dan Bayu tidak mau saya fitnah menjadi orang yang mengembalikan itu kaos dalam saya kepada saya kembali, pasti mereka akan bilang langsung sama saya kalo saya fitnah, atau bisa saja mereka tidak peduli, pokoknya itu kaos dalam dikembalikan kepada yang punya, yaitu saya, dimana di belakang kaos itu sudah ada tulisan2 yang membuat saya senang bahkan sampai hari ini pun,…. menjadi kaos yang sentimentil buat saya, sama sentimentilnya seperti kaos Puppen saya yang ada tulisannya : Fuck You We’re From Bandung” yang raib digondol maling di Bandung, yah begitulah, kaos dalam yang tadinya menurut saya biasa2 saja, menjadi luar biasa karena ada tulisan tangan seluruh personil Plastik

Nih fotonya :


Sepuluh tahun lebih berlalu dan disitulah saya berada waktu itu, di Medan, atas permintaan atasan saya yang mengutus saya dan kedua rekan kerja saya untuk menyelesaikan pekerjaan di Medan pada waktu itu karena klien kami berada di Medan, karena kami berpikir bahwa bekerja terus menerus itu tidaklah baik untuk kesehatan, makanya waktu itu rekan saya mengajak kedua rekannya yg lain untuk menghabiskan seperempat malam di sebuah bar, dimana di bar itu akan ada acara Rolling Stone night, dimana pada saat itu si rekan saya itu tau kalo saya suka nonton band2 lokal manggung, setelah mandi dan makan malam sepulang dari bekerja, kami melangkahkan kaki ke Prime Bar Medan, letaknya di basement Hotel J.W Marriott, kita sudah tau sebelumnya band utama pada malam itu adalah Black and Blue dari Jakarta dan rencananya akan ada cameo panggung oleh Kaka Slank dan Yuki Pas, informasi itu kita tentunya tau dari pamflet dan baligo yang ada di beberapa spot di kota Medan, kebetulan lokasi J.W Marriott pun tidak jauh dari lokasi kami menginap, sehingga kami memutuskan jalan kaki saja ke sana dari hotel tempat kami menginap, dimana kami menginap lebih baik anda tidak usah tau lah, karena tidak penting, bukan karena hotel tempat kami menginap tidak bagus atau banyak kecoak nya, tapi lebih kepada karena tidak penting saja sih,…… ya, kami memutuskan untuk berjalan kaki saja karena dekat, walaupun tidak dekat2 sekali yah, karena kalau dekat sekali kita bisa jalan jongkok kesana, tapi bukan ide yg bagus menurut kami….

Sampai lah kami di Prime Bar, band pertama membuka acara dengan membawakan musik reggae, tidak jelek, bahkan menurut saya bagus sekali itu band lokal Medan yang membawakan reggae, mereka juga sempat membawakan lagu dari Rolling Stone yang di “reggae” kan, sebuah usaha yang tidak sia2 menurut saya karena mereka bawakan dengan cukup apik, kemudian band berikutnya dan berikutnya sampailah kita di penampilan Black and Blue, dimana saya melihat si gitaris rambut gimbalnya itu pake gitar fender dan entah kenapa sedikit teringat dengan seseorang, sampai akhirnya si vokalis memanggil dirinya dengan sebutan Array sang gitaris Plastik yg pada saat ini sepertinya statusnya sedang vakum atau bubar saya tidak tau, di titik itu lah saya kaget agak banyak dan memutuskan untuk bertemu dengan beliau selesai Black and Blue manggung, saya tidak usah ceritakan lah soal acara Rolling Stone night di Prime Bar, karena kan tulisan ini tentang band Plastik dan betapa band ini punya tempat yg spesial buat saya, ya pokoknya anda bayangkan sendiri lah, bar, penuh orang yg suka band Rolling Stones, beberapa meja di buka oleh orang yg menurut hemat saya lebih pantas berada di acara rave party, alkohol, Kaka Slank, Yuki Pas, Bongky BIP, alkohol, yah anda bayangkan sendiri lah

Selepas Black and Blue turun panggung, rekan kerja saya mengisyaratkan untuk segera angkat kaki, saya minta waktu sebentar untuk ketemu Array dan bergegas ke lantai atas dengan sebelumnya meminjam ponsel berkamera milik rekan saya itu, saya sampai diatas dan ketemu Array yang sedang bersender kemudian mengajaknya bicara ditengah hirup pikuk orang2 banyak dan berisik keluar dari sepiker bar, saya bilang sama dia tentang kejadian 10 taunan yg lalu, tentang wawancara oleh anak sekolah yg ingusan, tentang perihal kaos dalam saya yg ada tulisan tangan beliau, tentang kebetulan saya sedang ada di Medan karena pekerjaan dan kebetulan bertemu beliau disana, yah nampaknya beliau lupa2 inget tapi tak mengapa sih, sebenernya saya cuma ingin menyampaikan hal2 tadi ke beliau, setidaknya menunjukkan…. apa lah namanya, apresiasi lah dan semacamnya, semacam terima kasih karena waktu itu band dia sudah bikin saya punya hidup lebih menyenangkan bahkan sampai sekarang pun sampai ketika saya sudah jadi pegawai rendahan…. kami akhiri pertemuan tersebut dengan berfoto bareng, sekali saja, sekali jepret saja, tapi sudah sempurna itu foto…. saya ucapkan terimakasih, dan sekali lagi bilang bahwa pertunjukannya malam itu keren sekali sekaligus mengkonfirmasi statusnya sebagai gitaris Steven and Coconut Trees dimana fakta itu saya baru tau di malam itu dan sedikit membuat saya merasa bodoh juga, tapi yah setelah saya jabat tangan beliau, saya pun pamit sambil menyimpan harapan mudah2an saya masih bisa melihat aksi beliau di panggung, sukur2 bersama band kesayangan saya, PLASTIK
saya tidak bohong ketika saya bilang ketemu Bapak Array di Medan, ini buktinya, mudah2an Bapak Array tidak keberatan fotonya saya tempel disini, kalo keberatan saya mohon maaf dan akan saya hilangkan dari peredaran sesegera mungkin, sekian, terimakasih. Semoga saya tidak menjadi Error kemudian menjadi Instalasi Diam dan Statis secara bersamaan Seperti Gula yang dikerubungi semut sampai bingung Harus Mulai Darimana, =1





1 comments:

  1. Unknown said...

    100% setuju brow...

    band yg satu ini memang an'*ng banget..gokil setan..
    kgk bkl bosen dengerin sampe malaikat pencabut nyawa berdiri d depan pintu..!!!
    coba lu dgerin deh.dripada dengerin lgu yg g jelas kaya yg trend sekrang.laki2 yg hobynya bikin vokal grup lenggak lenggok layak banci yg bis mangkal.ni band bisa balikin jiwa musik kita yg lg skarat d racuni badut2 bersolek..dengerin lg.bla yg udah terkontaminasi bisa ni jadi obat bwat penawar wat lu yg uda nelen racun musik skarang.


    Salam plastikers......\m/