Berbagi Cerita PLASTIK (3) : Plastik Band, Memori Masa Kuliah

6:42 PM Posted by Plastiker

Diambil dari sini

Damn! Penyakit musiman saya kambuh lagi. Dan kali ini bener2 kerasa banget. Kerasa banget – nafas rada sesek, pikiran kosong-bengong-flashback ke jaman kuliah bareng Ahonk Brother, lemes, gak bergairah, rada pusing, gak berhenti ngerokok – parah! Mungkin karna sudah hampir 3 tahun kita gak pernah hang out bareng lagi, gak pernah terlibat ‘deep conversation’ lagi, gak pernah ‘plastar’ lagi (Baca: membumi), tepatnya sie gak ada duit tapi nekat jalan2.

Sudah hampir 3 tahun kita gak pernah membelah sumpeknya kota Jakarta lagi, gak pernah kegiatan ‘after midnight’ lagi, gak pernah ngubek-ngubek daerah Kota lagi. Dari Mabes hingga Daan Mogot, dari Menteng menuju Sarinah, dari Kuningan sampe Tebet – gak lupa warung pletok dan warteg Warmo. Dari Circle K Pancoran hingga Alfamart depan Madonna Club, dari Jagorawi hingga Cipularang, dari Berlian hingga Pangrango sampe Kenari Bliyard. Semuanya tinggal kenangan.

Kita cuma Say Hello di FS. Telpon2an yang gak lebih dari 3 menit pun menjadi ritual yang sangat jarang. Persahabatan kita menjadi hambar, layaknya sinar matahari yang panas menyinari di siang hari lambat laun terbenam berganti malam. Tapi kita berdua masih menyakini kalo kita masih sebagai sahabat – even more than closed friend. Kita berdua masih bersahabat meski hubungan kita tak seperti umumnya sebuah persahabatan.


Kita berdua masih menghargai proses persabatan yang telah kita jalin. Dimana kita pertama kali kenal, kapan kita pertama kali hang out bareng, kapan dia tidur di depan Kedutaan Portugis, kapan gw muntah2 di mobil hbs dari Liquid, dimana biasanya kita menghabiskan malam kalo gak punya duit, dimana kita menghabiskan malam kalo lagi banyak duit, lagu apa yang biasa kita puter untuk menemani perjalanan kita, kapan kita terakhir ketemu, gimana acara perpisahan kita berdua waktu itu.

Saya mungkin terlihat naif. Tapi itulah saya. Saya sangat menghargai sebuah proses, so does he. Buat saya persahabatan itu sesuatu yang sakral. Seorang sahabat lebih dari seorang pacar. Dia selalu ada saat saya susah, tapi dia gak harus ada saat saya seneng and so do I. Buat saya penghargaan atas sebuah proses persahabatan kita menjadi hal yang biasa – ‘tak terlalu dramatis’, ketika kita berdua menyadari bahwa kita Anak Kampung yang nyantri di Jakarta.

Betapa Jakarta telah membuat kita berkali-kali ngutang warung sebelah kost, betapa Jakarta telah berkali-kali membuat kita harus berbagi satu bungkus Indomie. Betapa Jakarta telah ratusan kali menjadikan Gudang Garam Filter setengah bungkus sbg pelacuran kami berdua. Betapa Jakarta sesekali sangat menjengkelkan dan memaksa kita berdua ngubrak2 kolong dipan tempat tidur, ngubrak2 seisi kamar dengan mimpi: “sapa tahu ada recehan gopek ngendon yang bisa buat nambah2 beli sarapan!”.

Dengan tampang ndeso, gaya katrok, logat medok, kita telah sukses melalui kehidupan Ibukota meksi meninggalakan beberapa pertanyaan yang belum tuntas kita temukan jawabannya. But at least Ibukota tak pernah berhasil 100% men-doktrinasi kita berdua. Kita berdua tak pernah benar2 larut dalam kehidupan hedonis kaum urban dan kita tak pernah benar2 kecebur dalam ‘Urban Attitude’. ‘Aku yo tetep tepo sliro.’

Dua lagu milik Plastik ini membuat saya flasback ke masa-masa itu dengan sangat dalam. Lagu-lagu Plastik, termasuk dua lagu dibawah ini adalah teman kami tatkala malam mulai datang – meluncur membelah keangkuhan Ibukota. Hampir 2 tahun lagu-lagu Plastik Band selalu menjadi Top Playlist di Mobil bahkan ketika itu mengalahkan nikmatnya musik Reggae.

Selama itu pula lagu-lagu Plastik menjadi bagian kehidupan kita berdua pada waktu itu – 2 pemuda kampung yang menyakini bahwa kuliah bukanlah jawaban untuk mencari pekerjaan. Kuliah adalah tempat kami mencari pengalaman dan teman, ijazah dan pastinya untuk menjaga gengsi bukan? Syukur2 dapet ilmu pengetahuan, anggap itu sebuah bonus.

Seperti kata sebuah pepatah “Pengalaman adalah guru yang terbaik, pengalaman mahal harganya”, anggap saja petualangan kami adl sebuah pengalaman, kompensasi dari besarnya biaya yang harus dikeluarkan oleh orang tua kami.

Plastik Band – Statis.
Plastik Band – Error.

Pye Honk kabarmu? Wish U best forever.
Our hearts are made of rock, can’t be destroyed for hundreds years.

0 comments: