GRUNGE GODS II Live!
9:52 PM Posted by Plastiker
Liputan yang bagus dari webzine wastedrockers dengan source aseli di sini
------------
GRUNGE GODS II Live! @ Prost Beer House, Kemang. Senin, 13 April 2009
Sebenarnya gig-gig tribute itu tidak bisa dijadikan tolak-ukur kebesaran/kemajuan suatu scene musik. Karena isinya hanyalah orang-orang yang ingin mendengarkan lagu-lagu favorit kenangan mereka di masa lalu. Ya, hanya sebatas untuk kenangan nostaljik saja. Seperti yang sedang marak di Jakarta saat ini saja, Tribute Gigs! Dan biasanya, pertanda kalau kamu sudah mulai tua, adalah kalau kamu sudah menikmati datang ke gig-gig tersebut! Ah tidak, sepertinya hal tersebut juga melanda kami!… :p
Gig tribute bertitel “Grunge Gods II” kali ini adalah untuk mengenang kejayaan Seattle-Sounds di era 90-an dulu, setelah gig “Grunge Gods I” beberapa waktu lalu yang diadakan di Bandung. Sebenarnya yang membuat kami tertarik untuk menghadiri gig ini adalah tampilnya beberapa selebritas/musisi dari industri-musik (mainstream) Indonesia untuk memainkan tembang-tembang grunge lawas.
Kami masuk ketika Sonic Death, salah satu band pembuka yang cukup dikenal di scene grunge lokal, sedang tampil di atas panggung. Trio noise-rock/post-punk/riot-grrrl dengan frontwoman seorang bassist ini memainkan lagu-lagu sendiri mereka plus cover-version “Drunken Butterfly” milik Sonic Youth. Setelah itu, tampil Stigmata yang khusus meng-cover lagu-lagu dari Stone Temple Pilots, antara lain: “Unglued”, “Plush”, “Sex Type Thing”, dll. Meskipun mereka bermain buruk, tapi tetap bisa menghibur penggemar-penggemar dari STP.
Alien Sick adalah band penampil berikutnya, permainan mereka cukup rapih, terutama permainan solo gitar dari sang frontman yang rockin’. Mereka memainkan lagu-lagu dari CD mereka. Lalu mereka mengundang musisi-tamu, yaitu Anda ke panggung untuk menyanyikan lagu “Would?” dari Alice In Chains, “Jeremy” dari Pearl Jam dan “Spoonman” dari Soundgarden. Crowd yang tadinya adem-ayem, langsung memanas dengan melakukan stage-diving dan moshing! Mosh-pit selesai dipanaskan oleh Alien Sick, kini giliran Konspirasi, grup grunge all-star, karena berisi beberapa musisi papan atas Indonesia, yakni: Marcell/drummer (that r’n’b singer dude, ex-Puppen, ex-Experimental Jetsets, Kraken), Erwin/gitar (Cokelat), juga member dari Cupumanik untuk mengisi posisi vokalis dan bassis. Mereka memainkan lagu-lagu mereka yang heavy-rock/post-grunge itu plus cover-version “Down” dari STP, “Them Bones” milik Alice In Chains, “Alive” & “Black” milik Pearl Jam. Well, kita tunggu album rekamannya guys…
Trio alternative-rock berbakat asal Bandung, Zu adalah band selanjutnya setelah Konspirasi.
Membuka set dengan tembang “Go!” milik Pearl Jam. Dilanjutkan dengan lagu-lagu mereka sendiri yang condong ke modern-rock/alternative-rock. Setelah itu mereka mengundang Aryo Wahab (ex-SOG, that solo-singer dude & actor dude) untuk menyanyikan lagu “Alive” dari Pearl Jam. Setelah itu mereka mengundang Ipang (ex-Plastik & BIP) dan vokalis dari band Kunci untuk menyanyikan anthem milik STP yakni “Interstate Love Song”. Sebuah aksi panggung yang cukup langka nih… J Setelah para vokalis tamu itu turun, Zu melanjutkan set mereka dengan memainkan lagu-lagu mereka sendiri plus cover-song “The Best Of You” dari Foo Fighters.
Ya, memang acara ini hanya untuk mengenang musik-musik grunge mainstream yang ada di TV & radio era 90-an. Orang-orang di malam itu mengenal & memainkan grunge hanya dari band-band mainstream-nya. Mereka hanya mendengarkan album-album grunge major-label saja, tidak notice dengan Grunge (ket: band indie-rock/post-punk/hard-rock/heavy-metal dengan sound khas Northwest, USA akhir 80-an) lainnya rilisan SST Records, Touch n’ Go Records, Neutral Records & K Records. Kalian jadi tidak akan mendengarkan lagu-lagu dari Bikini Kill ataupun Blood Circus dimainkan di sini. Oh well, mungkin sayanya saja yang terlalu menjadi underground-puritan… :p
Karena bagi saya pribadi, “Grunge Gods” bukanlah Pearl Jam, Alice In Chains or Nirvana even. Yang benar-benar Gods adalah mereka para pelopor yang underatted dan hanya dikenal dalam skala kecil saja, seperti: The Melvins, (late) Black Flag, Flipper, Skin Yard, Screaming Trees, Soundgarden, Mudhoney, dll. Mungkin karena hal inilah scene grunge di Indonesia tidak bisa standout & benar-benar maju. Tidak seperti scene indie-rock lainnya di Indonesia (shoegazing, indiepop, noise, garage-rock, nu-wave) yang bisa maju dan berkembang, karena mereka mendekatkan diri ke root underground dari mana musik mereka berasal. Berbeda dengan scene grunge yang hanya mendengarkan grunge-grunge mainstream saja. Jadinya scene grunge di Indonesia hanya menjadi scene yang penuh dengan imitator artis-artis grunge mainstream. Menyedihkan…
Oke, mari kita lewatkan tulisan omong-kosong saya di atas. Band terakhir yang ditunggu, legenda grunge asal Bali, Navicula! Saya memang tidak mengikuti diskografi dari Navicula, tapi berdasarkan research saya; refrensi musik mereka luas, juga taste musik mereka yang bagus. Unsur itulah yang merupakan salah satu modal untuk membentuk sebuah band yang bagus! J Ternyata benar ekspektasi saya, mereka benar-benar band yang bagus! :D Membuka set dengan komposisi psychedelia yang menghanyutkan dan penonton langsung dikejutkan dengan riff-riff heavy ala Gruntruck di lagu-lagu berikutnya! Moshing, headbanging & stage-diving tidak bisa dibendung lagi. Seisi venue terbakar oleh adrenaline. Nampaknya di materi-materi Navicula terbaru, materinya menjadi lebih heavy-rock/alternative-metal, bergeser dari style grungy hard-rock di rilisan-rilisan awal mereka. Yang membuat saya salut dari Navicula, adalah mereka bisa menelusuri root dari musik grunge yang mereka mainkan (70’s psychedelic, 70’s hard-rock/blues/heavy-metal). Jadinya musik mereka betul-betul terasa root-nya! Tidak seperti kloning-kloning Nirvana, Pearl Jam, Silverchair & Creed yang sudah sering saya dengar di scene grunge lokal. Karena mereka mendengarkan musik tanpa mempelajari sejarah dari musik itu sendiri.
Ya, klimaks acara malam itu memang dipegang oleh Navicula. Mereka bisa menjadi “God” tanpa harus memainkan lagu-lagu dari artis-artis grunge luar. Saya juga berani bilang kalau Navicula adalah penyelamat scene Grunge di Indonesia!
0 comments:
Post a Comment